MISI

GO_ON @"GERAKAN GEMAR MEMBACA " IMPROVE HUMAN RESOURCES



perpustakan_on_facebok

https://www.facebook.com/Perpustakaan-SMK-Negeri-10-Malang-292065117926453/?fref=ts

Saturday, April 19, 2014

Komunikasi Pada Anak Yang Sehat

                Sebagaimana dapat dilihat,kelangsungan hidup anak membutuhkan kerja sama antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, kelurga, komunitas ban system kesehatan untuk mengubah praktik o Praktik mereka yang berkaitan dengan kesehatan anak. agar memiliki dampak,maka praktik o Praktik ini perlu dilakukan dengan benar dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini karena, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri.
               Oleh sebab itu, dalam proses berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan dalam berkomunikasi.

 1. Definisi Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA).
          Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan.
         Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu. Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.

2 . Prinsip-prinsip komunikasi pada anak
          Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga.
         Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik. Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan.
              Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik. Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995) Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi.
           Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai komunikasi.

 3. Strategi / tehnik komunikasi pada anak.
        Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur dari anak tersebut.
1) bayi [0-1 tahun]. -bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis] karena bayi tidak dapat menggunakan kata-kata. -bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan. Mereka akan tenang dengan kontak fisik yang dekat. -bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut meskipun kata-katanya tidak dimengerti -suara yng keras dan kasar akan membuat bayi ketakutan . -bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan karena berpisah; karena itu orang tua harus mengawasi ketika bayi di gendong oleh orang asing.
2) toddler [1-3 tahun] /anak-anaki pra sekolah [3-5 tahun]. -anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. -anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan dengan dirinnya. Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan. -anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan]. -anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan. -anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan penjelasan yang konkrit.
3) anak usia sekolah [5-12 tahun] -anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan pengesahan. -anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal ini terjadi. -anak memperhatikan intergritas tubuh. -anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan(missal;memegang palu perkusi) -anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
4) Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.

4. Tehnik dan alat untuk meningkatkan komunikasi.
1).papan komunikasi dengan kata - kata, huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar (toilet, air) 2).kertas dan pensil untuk menunjukan ekspresi dari kebutuhan / pikiran. 3.melibatkan keluarga dan teman dalam pengiriman perawatan jiwa.
4).penggunaan sikap non verbal seperti kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.
5).menggunakan kata yang dapat dipahami anak, menghindari terminology medis.

5. Hambatan komunikasi pada anak. 
      Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:
1.keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
2.keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
3.kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
4.ucapan kata tidak jelas.
6. Proses Keperawatan

I.Pengkajian.
Hal yang dilakukan adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak), pemeriksaan fisik (penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah laku non verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic.
              Dalam kasus ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi observasi suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan ketidak mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat mengisolasi penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang mungkin.

II.Diagnosa Keperawatan.
        Keberhasilan perawat dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan menjamin perumusan diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang berhubungan dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga harusdidefinisikan.
          Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.

III.Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan perawatan klien di bawah ini:
1. mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat di pahami.

2. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai pemberi perawatan. 3. perawat dank lien memberi dan menerima respon. Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan intervensispesifik di rencanakan.

IV.Implementasi.

Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah mendiskusikan dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran kesehatan,penetapan dukungan terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien dalam rencana keperawatan dan catatan perawat. V.Evaluasi. Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap interaksi kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan penetapan keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau intervensi telah efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi.
             Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bawa Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
             Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atas:1) Bayi, (0-1); 2) toddler (1-3); 3) anak-anak pra sekolah (3-5); 4) anak usia sekolah (5-12) B.Saran.
                Dengan berakhirnya tulisan ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak. dan dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat memperbesar dalam kesulitan penyusunan.

DAFTAR PUSTAKA

Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.;

0 comments:

Post a Comment