MISI

GO_ON @"GERAKAN GEMAR MEMBACA " IMPROVE HUMAN RESOURCES



perpustakan_on_facebok

https://www.facebook.com/Perpustakaan-SMK-Negeri-10-Malang-292065117926453/?fref=ts

Thursday, December 4, 2014

Pembelajaran Sastra Berkarakteristik Anak



Karya sastra merupakan refleksi perenungan pengarang dari kehidupan dunia realita nyata yang dilihatnya. Karya sastra mengandung eksploratif dan apresiatif terhadap nilai-nilai hakiki kemanusiaan.  Karya sastra juga menyajikan berbagai bentuk kisah yang membentuk pembaca dari ideologis pengarang lewat tokoh yang terdapat di dalam karya tersebut. Pembaca anak merupakan masa yang fantasinya baru  berkembang yang akan menyerap segala macam kisah yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Sesuai dengan perkembangan dan pembentukan kepribadian, anak memerlukan segala informasi tentang dunia dan lingkungannya. Anak juga ingin mengetahui berba-gai informasi tentang apa saja yang dapat dijangkau pemikirannya. Informasi itu dapat saja diperoleh dari berbagai sumber, seperti media  elektronika, media cetak, buku bacaan, termasuk bacaan sastra. Namun, dalam usia yang masih sangat  muda anak masih belum dapat memilih dan memilah bacaan sastra yang baik. Anak akan membaca apa  saja bacaan yang ditemui dan menarik bagi dirinya., tidak peduli sesuai atau tidak untuknya. Biasanya anak akan meniru dari apa yang dibacanya. Hal ini, akan berpengaruh pada perkembangan sikap, mental,  dan perilaku anak yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
                  Pembelajaran sastra berkarakteristik anak mampu menjadi wadah untuk mencapai tujuan dari karya sastra menyampaikan, menyebarluaskan, dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, kepadapembaca dalam hal ini anak Sesuai dengan sasarannya pembaca anak, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka  dengan baik. Kebermanfaatan sastra bagi erkembangan anak dapat dioptimalkan yakni: perkembangan kognitif, bahasa, kepribadian dan sosialnya.
                Bacaan akan memberikan manfaat dan sangat pengaruh pada perkembangan seorang anak,baik pengaruh bahasa, sikap atau tingkah laku ataupun pola pikir. Melalui bacaan anak akan diperkenalkan dengan berbagai pola atau model. Misalnya, gaya penulisan dari perbendaharaan kata yang dipakai. Setiap jenis tulisan (bacaan) akan berbeda yang satu dengan lainnya. Misalnya, buku cerita rakyat akan ditulis dengan cara berbeda dengan buku fiksi sejarah, buku cerita fantasi tentu pula ditulis dengan gaya dan penggunaan perbendaharaan kata yang berbeda dengan buku informasi, atau tokoh yang terdapat dalam bacaan anak sehingga ia mampu menjadi pujaan dan bahkan idola bagi mereka. Bila anak diberi beragam bacaan, maka anak akan mengembangkan kemampuan berbahasanya, baik secara lisan maupun tulisan.     Hal ini terjadi karena,anak akan banyak mengenal berbagai variasi bahasa dan kekompleksitasan bahasa. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa bacaan yang diberikan pada anak adalah bacaan yang mutunya pantas dan sesuai dengan karakteristik anak.Dengan membaca karya sastra, mampu membangkitkan atau mengembangkan kreativitas, imajinasi, mengembangkan pola berpikir dan wawasan anak. Juga dapat memberikan pengalaman dan juga mampu menaman nilai-nilai budaya serta moral, karena sastra sebagai produk kreatif secara fungsional diyakini akan dapat mengembangkan potensi kreativitas anak. Selain itu sastra juga mampu merangsang perkembangan psikologis anak.
Kesuksesan guru dalam pembelajaran satra pada anak  terletak pada bagaimana guru dalam menggunakan bahan sebagai content. Sebab, Guru merupakan pelaku dalam proses belajar-mengajar. Gurulah yang akan memikirkan atau, apa yang diharapkan dari siswa di kelas dari bahan yang dipakai.  Guru memang harus memahami bahan secara baik untuk merencanakan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dalam kegitan pembelajaran, guru diharapkan mampu menata penyajian kegiatan bahan sastra sehingga, ia mampu membantu siswa atau anak mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Berikut cara menyajikan bahan sastra yang berkarateristik anak, agar kemanfaatan sastra benar-benar dalam memberi nilai positif pada perkembangan kognitif,  bahasa,  kepribadian dan  sosial anak, sbb:
1.       Persiapan guru di luar kelas:
(a) menyiapkan bahan bacaan (sastra anak),
(b) menyusun rencana proses kegiatan pembelajaran dari bahan:
(i) mengungkap fakta,
(ii) memahami dan menganalisis, dan
(iii) memenilai dan mengevaluasi).
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan rancangan diskusi (melaksanakan kegiatan i, ii, dan iii), latihan berpasangan atau mengungkapkan persoalan atau masalah dalam bahan.
2.       Kegiatan Guru di dalam kelas,
ini hanyalah tuntutan minimal dari bahan ini.
Penyajian detail dan gaya penyajian kegiatan di dalam kelas tergantung kepada kepandaaian dan kreativitas guru masing-masing.
Jadi prosedur yang dibicarakan disini tidah harus persis sama, tetapi dapat disesuaikan dengan gaya atau style guru masing-masing.  Jenis kegiatan tersebut dapat dalam bentuk menggali tipe (i, ii, iii) tidak harus berurutan, tergantung situasi proses pembelajaran yang berkembang misalnya, setelah membicarakan bagian isi cerita, bisa saja langsung dibicarakan pengalaman siswa sehubungan dengan bagian isi cerita, lalu disusul dengan pendapat dan perasaan mereka (jenis iii). Setelah itu baru pindah ke kebagian cerita lainnya, yang diikuti dengan diskusi jenis ( i dan ii atau jenis iii).
Kegiatan ini tergantung pada jalannya diskusi di dalam kelas. Guru harus peka terhadap suasana kelas, sehingga pembicaraan selalu menarik dan arah pembicaraan siswa terladeni sambil tetap melakukan ketiga jenis diskusi tersebut. Yang sangat tidak boleh adalah, guru menanyakan pertanyaan dalam buku satu persatu secara berurutan kepada siswa. Sebab, pertanyaan yang demikian akan membunuh kreativitas siswa dan  membunuh suasana kelas. Pertanyaan dan kalimat dalam buku dalam ketiga jenis diskusi itu hanyalah contoh. Intinya, guru harus mempersiapkan diri dari rumah atau sebelum masuk kelas merencanakan jalan dan arahnya diskusi yang baik. Guru harus jeli memunculkan pertanyaan lanjutan dari jawaban dan komentar siswa yang berkembang. Harus diingat bahwa ketiga jenis diskusi itu bukanlah tanya-jawab (guru bertanya siswa menjawab) bukan! Tetapi kegiatan ini harus berbentuk diskusi, dialog, bersifat interaktif. Hendaknya setiap pertanyaan diikuti satu pernyataan komentar lanjutan, baik oleh guru maupun siswa.
Guru yang harus mendorong dan memotivasi siswa mengajukan pertanyaan, dengan cara memancing memunculkan dari pertanyaan dari guru sendiri. Siswa harus didorong dan diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Guru harus bersikap hati-hati, jangan terjebak dengan kegiatan guru yang selalu bertanya, karena kegiatan ini hanya melatih siswa pandai menjawab tetapi tidak melatih siswa mengajukan pertanyaan.
Ketiga jenis diskusi itu hendaknya sedapat mungkin dikerjakan seimbang dan hampir sama
banyak. Alasannya, adalah bahwa agar siswa yang belajar dapat menggunakan bahasa yang mereka untuk mengungkapkan kembali isi bacaan yang mereka baca atau yang mereka dengar, membandingkan dengan situasi dan pengalaman mereka sendiri. Sebab, seringkali dalam pembelajaran siswa dalam menggunakan bahasa mereka hanya membicarakan lingkungan yang jauh dari siswa, tetapi hal-hal yang dengan dekat dengan mereka terabaikan.
Jangan sekali-kali memperlihat pola yang jelas dalam mengilirkan siswa dalam diskusi mereka agar siswa tidak tahu giliran mereka. Kalau siswa tahu polanya, mereka hanya akan memperhatikan diskusi kalau giliran mereka. Kegiatan ini bertujuan agar semua siswa tertuju perhatiannya dalam persoalan diskusi yang dibicarakan.
Tujuan dari ketiga macam diskusi ini adalah untuk melatih siswa agar mampu menggunakan  bahasa secara aktif, komunikatif, dan rasa percaya diri. Siswa diajak menggunakan bahasa mereka  sendiri membicarakan aspek kehidupan lain dan membandingkan dengan aspek pengalaman kehidupan  mereka. Sekaligus melatih siswa mengungkapkan pendapat, pikiran dan perasaan mereka melalui  pembelajaran berbahan sastra.
Pembelajaran sastra berkarakteristik anak bukan mentransformasi pengetahuan dengan  menghafal konsep-konsep yang terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi peserta didik untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Pembelajaran sastra berkarakteristik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pendekatan ini memberikan pengalaman yang lebih relevan, bermanfaat dan berarti bagi anak dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkannya seumur hidup melalui hubungan di dalam dan di luar kelas.
Pembelajaran sastra sebaiknya berusaha menyajikan suatu konsep bahan pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan, kharakteristik anak sehingga pengalaman belajarnya lebih realistis dan biasanya akan berdaya tahan lama. Pembelajaran sastra berkarakteristik anak mampu membuat kaitan ini dengan sendiri apabila berada di luar lingkungannya. Pembelajaran sastra berkarakteristik anak pada hakikat mampu membawa pembelajaran ke arah proses berbagai bentuk yang kompleks yang dapat menjangkau ketiga ranah dalam Taxonomi Bloom yang merupakan tujuan pencapaian pembelajaran. Sebab, pembelajaran sastra berkarakteristik bertujuan membawa anak memproses bahan sastra sebagai ilmu pengetahuan baru dengan cara tertentu sehingga ia membawa maksud atau makna kepada mereka, baik untuk perkembangan bahasa, kognitif, kepribadian dan sosialnya.

0 comments:

Post a Comment